Kita selalu berpikiran bahwa
rambut hanyalah tentang penampilan. Terutama bagi wanita, mampu
menghabiskan jutaan rupiah demi menjaga rambutnya yang panjang layaknya
sebuah mahkota. Namun untuk sebagian kaum pria, rambut lebih dari sekedar mode. Kaum pria mempunyai pandangan yang lebih filosofis terhadap rambut panjang. Seperti apa pemikiran pria dan rambut panjangnya?
Rambut adalah salah satu bentuk
cara untuk menginterpretasikan karakter seseorang. Kadang status
kehidupan seorang laki-laki juga dapat terlihat dari jenis rambutnya.
Contohnya, lelaki berambut pendek sering dipandang sebagai seseorang
yang senang berada di bawah aturan, pekerja harian atau karyawan.
Sedangkan lelaki berambut panjang dipandang sebagai seseorang yang
senang membelot, seniman atau memiliki pandangan di luar mainstream.
Tetapi perbedaan pandangan itu hanyalah gambaran sempit saja, karena
persepsi setiap orang akan suatu hal pastilah berbeda. Dan ketika kamu melihat seorang pria dengan rambutnya yang panjang, apa yang terlintas di benakmu?
Istilah “Hati tak sesuai dengan kenyataan” telah
merasuk di kehidupan kaum pria masa kini. Di masa yang maju seperti
sekarang, masa yang penuh dengan birokrasi dan aturan yang bersifat
bias, banyak lelaki yang rela merubah penampilannya demi mendapatkan
pekerjaan yang layak. Peraturan bekerja di sebuah perusahaan yang
mengharuskan seorang lelaki untuk menenggelamkan karakternya; Dan salah
satu peraturan yang sangat signifikan adalah, seorang pria harus
berambut pendek dan juga rapih. Itulah faktor terkuat yang menyebabkan
seorang lelaki mencukur rambutnya, dengan alibi untuk masa depan yang
lebih baik.
Tahukah kamu, di beberapa negara dan budaya, esensi
dari mencukur rambut bersifat sensitif. Pria yang mencukur rambutnya
bisa menjadi hal yang sangat sakral baginya. Jika di zaman sekarang
laki-laki mencukur rambut hanya karena faktor tuntutan hidup, maka
faktor itu tidak akan berarti apa-apa jika kamu mengetahui sejarah dan
fakta tentang pria dan rambut panjangnya.
Kisah rambut panjang berawal dari Samson, adalah
seorang pria utusan Tuhan yang mempunyai kekuatan melebihi manusia
biasa. Samson dengan tangan kosong dapat melawan seekor singa, bahkan
dia mampu menghancurkan sebuah kavaleri musuh tanpa bantuan siapa-siapa.
Samson kekar dan sangat perkasa, namun ia sangat takut dengan pisau
cukur. Mengapa? Karena kelemahannya terletak di rambut. Dia akan
kehilangan kekuatannya jika rambutnya tercukur. Maka saat rambutnya
dicukur oleh kekasihnya yang pengkhianat bernama Delilah, Samson murni
menjadi manusia normal. Dan dengan rambut pendeknya dia hanya menjadi
budak.
Kisah Samson bukan sekedar dongeng penghantar tidur
belaka, tetapi kisah ini menganut atas sebuah ajaran agama. Berawal
dari ajaran lama Nasrani, mereka mempunyai kepercayaan untuk tidak
memotong rambut. Tertulis dalam Kitabnya bahwa mencukur rambut adalah
larangan. Mereka pun meyakini bahwa kekuatan laki-laki terletak di
rambutnya. Tidak hanya itu saja, Dewa-dewa dalam Yunani Kuno seperti
Zeus, Apollo, dan penguasa lautan Poseidon juga memiliki rambut yang
panjang. Dalam Yunani sebelum abad keenam, rambut panjang adalah simbol
dari kemakmuran dan kekuatan, sementara lelaki dengan rambut yang
tercukur pendek digambarkan sebagai budak.
Sedangkan kepercayaan rambut panjang dalam ajaran
Sikh disebut Kesh. Secara spiritual Kesh adalah simbol akan pengabdian
dari umat kepada Tuhannya. Mereka membiarkan rambutnya tumbuh panjang
dan tak pantang untuk mencukurnya. Bagi mereka rambut adalah lambang
kesucian yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tidak memotong
rambut berarti menerima dan mensyukuri apa yang dianugerahkan oleh
Tuhan. Dan Kesadhari, adalah sebutan bagi seseorang yang menganut ajaran
ini. Seorang Kesadhari harus memakai Sorban untuk menutupi rambutnya
yang panjang. Arti dari sorban pun memiliki arti tersendiri bagi mereka.
Selain dari lini agama, lini kebudayaan pun juga
kental kaitannya akan sebuah filosofi dari rambut panjang. Di Inggris
kuno, pria dengan rambut panjang digambarkan sebagai seseorang yang
berpandangan artistik dan bijaksana. Sedangkan dalam Kebudayaan Barat,
lelaki berambut panjang melakukan revolusi melalui musik dan kasih
sayang, kaum revolusi ini menamakan dirinya Hippies.
Di daerah Barat khususnya Amerika, mempunyai
penduduk asli yang bernama Indian. Dalam kebudayaan Indian, semakin
panjang rambut laki-laki maka dia akan terlihat semakin tampan. Dan di
balik panjangnya rambut seorang Indian, terdapat kepercayaan bahwa
misteri alam dan kehidupan tersimpan di sehelai rambut. Mereka percaya
bahwa sehelai rambut erat kaitannya dengan jiwa dan tubuh si pemilik.
Oleh sebab itu mereka tak akan membiarkan sehelai pun rambut jatuh ke
tangan musuh, karena musuh dapat menggunakan rambut tersebut untuk
menyakiti si pemiliknya. Maka semua rambut yang rontok akan mereka
bakar.
Kemudian ada sebuah budaya tentang rambut panjang
yang menggimbal di kepala. Sebuah pergerakan tentang perjuangan dan
kedamaian yang bernama Rastafara. Bagi mereka, memanjangkan rambut dan
membuatnya menjadi gimbal adalah suatu perjalanan spiritual, karena
membutuhkan kesabaran untuk menunggu rambut terbentuk menjadi gimbal.
Bagi Rasta, pisau cukur, gunting, dan sisir adalah penemuan dari bangsa
Romawi; Sedangkan Rasta menentang dan melawan Babilonia. Perlawanan ini
juga menyimbolkan rambut gimbal sebagai ‘Singa Yehuda’.
Kini, sudah banyak non-Rastafara yang membentuk rambutnya menjadi gimbal, tidak memanjangkan secara murni tetapi mengekstensi rambutnya
sehingga panjang dan gimbal. Dengan alasan karena menyukai prinsip atau
mendukung dan melestarikan kebudayaan Rastafara. Namun, sayangnya
banyak juga orang-orang yang tidak mengerti apa arti sesungguhnya dari
rambut gimbal tetapi orang-orang itu menggimbalkan rambutnya hanya
sekedar untuk mode dan bertindak tak sesuai dengan prinsip dan budaya
dari Rastafara. Inilah yang dapat merusak citra dari rambut panjang
gimbal para Rastafara.
Di Asia rambut panjang adalah sebuah jiwa, bahkan
kehormatan dan harga diri seorang pria terletak di rambutnya yang
panjang. Jepang pada abad pertengahan adalah masa dimana karakter awal
akan sebuah negara terbentuk. Tak hanya dari segi pemerintahan tetapi
juga kebudayaan. Budaya yang sampai sekarang masih terjaga adalah,
esensi dari mencukur rambut. Pada zaman edo, para pria mempunyai rambut
yang panjang dan diikat membentuk simpul di belakang kepala. Para
Samurai, mereka tidak akan mencukur rambutnya tanpa alasan yang jelas,
karena jika mereka lakukan itu menandakan bahwa mereka merasa telah
kalah dalam perang dan terhinakan. Jika seorang Samurai memotong rambut
panjangnya dengan sengaja maka dia tak akan lagi menjadi Samurai, dia
tak boleh ikut berperang dan hanya menjadi rakyat biasa atau petani, dan
menjadi ahli agama. Budaya kuno itu masih terjaga sampai sekarang,
namun pengertiannya saja yang berbeda. Jika zaman dahulu orang Jepang
mencukur rambut karena alasan kalah berperang, maka di masa sekarang
orang Jepang akan memotong rambut saat dia merasakan kegagalan dalam
suatu hal di hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar